Cerita tentang aku

Rabu, 01 Juni 2016

  • Hatipun Mengerti




    Pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh.

    Mengaduh pun kau tak boleh
    wanita kuat mana yang pernah mengaduh dan bersedih hanya karna seorang lelaki
    Aku kira aku lebih beruntung dari wanita lain karna aku bersama kamu. Tapi ternyata sama saja, aku tidak lebih beruntung dari mereka.
    Aku kira jalan ku sudah benar dengan tidak memutuskan untuk berhubungan dengan lawan jenis. Tapi saat berpisah sama saja sakitnya dengan putus karna punya status.
    Aku kira kamu akan berjuang lama. Tapi ternyata sama saja, perjuanganmu hanya sebentar.

    Sudah benar adanya dari awal yang pernah aku ucapkan, manusia pasti berubah seiring dengan berjalannya waktu. Tapi aku nggak suka. Dari awal aku sudah bilang kalau aku tidak suka perhatian yang diberikan kepada ku di awal itu berubah apalagi berkurang. Tau gitu mending gausah ngasih perhatian saja dari awal dech.

    Lusa Gadis termenung, karna sempat beradu argumen dengan seorang teman dekat lawan jenisnya bernama Toni.
    Sekarang mereka telah memutuskan untuk tidak perlu ada chating lebih ataupun pertemuan yang berlebihan.

    Gadis baru saja merasakan bahwa menjalin hubungan dengan lawan jenis tidaklah mudah seperti apa yang biasa ditayangkan di drama korea. Benci jadi cinta saja sepertinya tidak tersampaikan, apalagi berjalan tanpa status hingga hubungan resmi dipamerkan di atas sumpah janji suci yang biasa disebut dengan Ijab Kabul yang ada di Akad Nikah?
    Pikir lagi pikir terus sampai kurus. Tak tahu sampai seberapa terkurasnya hati dan pikiran ini. Iya, air mata tak boleh ikut andil dalam peristiwa ini. Terlalu mahal untuknya pabila ia diikut sertakan.

    "Sendiri lagi (?)," umpatnya.
    "Tak apalah toh sudah biasa kan, lagi pula mana kamu pernah bertemu dengan pria sungguhan? Kamu belum pernah menjadi prioritas sepertinya. Jadi, bersabarlah. Dia bukan jodohmu," hatinya menyahut.
    "Ibu, ibu, ibu? Mana ibu? Ibu dimana?," jerit Gadis dalam hati.
    "Tak kuat aku sendiri Bu, aku ingin ada yang menemani, menenangkan, atau sekadar mendengarkan ceritaku yang sudah banyak menumpuk ini. Aku butuh teman Bu. Tidakkah kau melihat aku disini sendiri?," tambahnya dalam hati ingin dimengerti.

    "Ayah, ayah, ayah? Ayah dimana? Aku rindu ada dipelukmu yah," ungkapnya dalam hati.
    "Benar yah, hanya kamu yang selalu membuatku nyaman dan tak pernah merasakan rasa sakit yang berlebihan seperti ini. Ayah selalu mengerti sang putri. Memperlakukan sang putri bak Putri dari seorang Permaisuri dicintainya," rintihnya dalam hati.

    Suasana hati yang sedang tak bisa dimenngerti Gadis saat ini membuatnya ingin menunjukan bahwa dia punya air mata yang selalu setia. Tapi tidak, dia tak ingin menunjukkannya saat ini. Terlalu mahal harganya.
    Semakin tidak mengerti. Gadis harus seperti apa? Harus berbuat apa? Gadis sudah lelah.

    "Berhentilah Nak, berhenti merintih. Sudah lelah aku mendengarnya. Kasihan kamu. Kasihan sedihmu. Sudah terlarut lama aku mendengarnya," sang hati ikut mengasihi.
    "Lapangkan hati mu agar kamu bisa meraskan kebahagiaan yang ditebarkan oleh orang lain disekitarmu. Janganlah selalu menutup diri dan hati. Ayo lekas bernyanyi kembai," hibur sang hati kembali.

    Gadis hanya bisa tertawa kecil. Dan masih belum mengerti apa yang dirasakannya saat ini hingga hati ini berkata seperti itu.
    Tetapi Gadis berterimakasih terhadap hati yang sudah mengambil andil dalam memperbaiki kesedihan hatinya. (D A K)



  • Copyright @ 2013 Minnie Blog.